Laman

Tampilkan postingan dengan label Adonara Desaku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Adonara Desaku. Tampilkan semua postingan

Rabu, 20 Agustus 2014

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Sejarah


 

FISIP didirikan pada tahun 1968 dan pada mulanya merupakan bagian dari Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (FHPM). Pada tanggal 1 September 1962, Bagian Pengetahuan Masyarakat yang kemudian menjadi Bagian Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan secara resmi diperluas sehingga meliputi jurusan Ilmu Publisistik, Ilmu Politik, Ilmu Administrasi, Kriminologi, Sosiologi, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Perkembangan bidang-bidang ilmu sosial yang demikian pesat mendorong ditingkatkannya status Bagian Ilmu Pengetahuan Kemasyarakat menjadi fakultas yang berdiri sendiri.
Berdasarkan keputusan Direktur Jendral Perguruan Tinggi No.42 tanggal 1 Februari 1968, Bagian Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan secara resmi dipisahkan dari Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan dan dinyatakan sebagai fakultas yang berdiri sendiri dengan nama Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (FIPK-UI) dengan Prof. Selo Soemardjan sebagai dekan pertama.
Rektor Universitas Indonesia melalui surat keputusan No.002/SK/BR/72 tertanggal 7 Februari 1972 memutuskan untuk mengubah nama FIPK-UI menjadi Fakultas Ilmu Sosial UI. Keputusan ini kemudian dikukuhkan oleh keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.31/C/1972. Pada tahun 1982, Fakultas Ilmu Sosial UI diubah menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia No.44 Tahun 1982.
Setahun kemudian, yakni pada tahun 1983, jumlah jurusan di FISIP UI bertambah satu lagi dengan berpindahnya Jurusan Antropologi yang semula menjadi bagian Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Pada tahun 1985, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional dibuka sebagai pengembangan Program Studi Hubungan Internasional dan Kawasan dari Jurusan Ilmu Politik.
Dari sejak berdirinya hingga sekarang ini, FISIP UI telah dipimpin oleh sepuluh dekan, yang berturut‐turut adalah:
  1. Prof. Dr.(HC). Muhamad Yogi,Ph.D,D.Sc(1958-1968 )
  2. Prof. Dr. Selo Soemardjan, alm (1968‐1974)
  3. Prof. Dr. Hc. Miriam Budiardjo, MA, alm (1974‐1979)
  4. Prof. Dr. R. Tobias Soebekti, MPA. Alm (1979‐1982)
  5. Prof. Dr. Manasse Malo, alm (1982‐1988)
  6. Prof. Dr. Juwono Sudarsono, MA. ( 1988‐1994)
  7. Prof. Dr. Muhammad Budyatna (1994‐1998)
  8. Prof. Kamanto Sunarto, SH, Ph,D. (1998‐2001)
  9. Prof. Dr. Martani Huseini (2001‐2003)
  10. Prof. Dr. der Soz. Gumilar Rusliwa Somantri (2003‐2008)
  11. Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono, MSc (2008‐2012)
  12. Dr. Arie Setiabudi Soesilo, MSc (2013 - Sekarang)

    Tujuan

    Penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi FISIP UI bertujuan:
  13. Menghasilkan lulusan FISIP UI yang berdaya saing tinggi baik secara akademis maupun secara moral sehingga dapat menjadi modal bagi pembangunan bangsa dan negara.
  14. Menghasilkan karya‐karya penelitian yang bersifat “noble” serta riset aplikatif yang berkualitas dan berguna bagi komunitas akademia, mahasiswa, pemerintah, industri dan masyarakat.
  15. Memberikan pengabdian terbaik kepada masyarakat melalui upaya‐upaya positif yang menumbuhkan kesadaran dan kepercayaan diri masyarakat serta menjadikan masyarakat sebagai kekuatan dan modal bagi pembangunan bangsa dan negara.

    Visi Program Studi

    Menjadi Program Studi yang menghasilkan sumber daya manusia yang profesional di bidang ilmu pemerintahan dan dapat menyesuaikan diri terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan teknologi dalam lingkungan global.

    b. Misi Program Studi

    1. Menyelenggarakan proses belajar mengajar yang relevan dengan penyelenggaraan pemerintahan pada umumnya dan pemerintahan daerah pada khususnya.
    2. Menumbuh-kembangkan riset dan pengkajian berbagai fenomena penyelenggaraan pemerintahan, otonomi daerah dan desa.
    Melakukan pemberdayaan pada masyarakat dalam bentuk pelatihan, pendampingan, kuliah kerja, penyuluhan, dan dalam bentuk lainnya yang relevan dengan penyelenggaraan pemerintahan.

Adonara Desaku


Adonara adalah sebuah pulau kecil yang cukup subur di ujung timur pulau flores.
SIAPAKAH nenek moyang orang Adonara? Sesuai penuturan adat turun temurun, sebagaimana dikemukakan tokoh masyarakat Adonara, H Syamsudin Abdullah (75), orang asli Adonara adalah turunan seorang wanita yang bernama Sedo Lepan. Wanita ini adalah manusia primitif paling pertama yang menghuni Pulau Adonara. Tubuhnya ditumbuhi bulu lebat. Wanita pertama ini muncul bersamaan dengan timbulnya Gunung Boleng.



 

 Nama Adonara terdapat dua pengertian. Adonara berasal dari kata "Ado" dan "Nara". Ado ini mengingatkan orang Adonara akan pria pertama yang hidup di pulau itu yakni Kelake Ado Pehan. Sedangkan "Nara" artinya kampung, bangsa, kaum kerabat. Jadi Adonara artinya Ado punya kampung, Ado punya suku bangsa, Ado punya keturunan dan kaum kerabat.
Adonara juga berasal dari kata Adoknara. "Adok" yang yang berarti mengadu domba dan "nara" yang artinya kampung, suku bangsa, kaum kerabat, golongan atau Puak. Jadi Adoknara artinya mengadudomba warga antarkampung, suku bangsa, kaum kerabat. Pengertian ini merujuk pada watak khas orang Adonara yang "gemar" berperang. Jika hendak berperang, maka para pihak akan menghubungi "nara" yakni keluarga, saudara, kaum kerabat di kampung lainnya agar memihak kepada mereka dalam perang tanding.

Adonara juga sering dikaitkan dengan adu darah, yakni perang tanding yang terjadi di pulau itu. "Dulu di Adonara dan Lembata masih dikenal dengan istilah perang antara Paji dan Demong. Dimana kelompok Demong berasal dari Lewopoti, Lewoleba, Tana Boleng, Horohura, Lewomang, Wollo dan Baipito. Sementara kelompok Paji berasal dari Menanga, Lamahala, Lamakera, Lebala dan Watampao," tutur Haji Syamsudin.

"Tapi sekarang di Adonara sudah banyak masyarakat terpelajar. Banyak orang pintar di NTT bahkan Indonesia yang berasal dari Adonara. Sekarang ini yang harus dilakukan oleh orang Adonara yakni bagaimana menghilangkan image orang luar tentang perilaku keras itu," ujar Sengnama. 


Ciri Khas

 Pulau Adonara, suatu tempat wisata yang belum terjamah di NTT. Pantai berpasir putih dan senyum ramah penduduk Adonara, melengkapi kecantikan pulau yang berada di sebelah timur Pulau Flores itu.
Pulau Adonara terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau ini ada di sebelah timur Pulau Flores dan masuk dalam wilayah Kabupaten Flores Timur. Banyak orang yang belum pernah mendengar nama pulau ini.
Pariwisata di sana yang belum berkembang dan belum tereksploitasi. Tetapi di satu sisi, hal ini menyimpan berkah selama perjalanan dengan ingin menikmati alam yang benar-benar masih perawan.